Sidikalang (Nababan) - Banjir bandang yang terjadi di Dusun Nabaor Desa Silalahi III (tak jauh dari lokasi Tugu Silahisabungan) Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi yang terletak persis di pinggiran Danau Toba, Minggu (22/11) sore meluluhlantakkan empat rumah warga dan menelan dua korban jiwa. Kerugian material akibat bencana itu ditaksir mencapai Rp1,5 miliar.
Camat setempat P Sihaloho, Senin (23/11) mengatakan arus listrik di Silalahi sejak Minggu sore hingga Senin kemarin juga masih putus total. Kerusakan yang paling banyak adalah persawahan atau ladang milik masyarakat yang tidak bisa lagi diusahai karena terkena banjir, ujarnya saat melaporkan situasi kepada sejumlah pejabat Pemkab Dairi.
Keterangan diperoleh di lokasi kejadian, banjir bandang tersebut terjadi pada Minggu sore saat cuaca sedang hujan. “Sekitar jam empat sore dari arah perbukitan tiba-tiba muncul air membawa batu-batu besar serta pepohonan. Kejadiannya sebentar saja, paling cuma lima menit dan memang pas lagi hujan. Tapi begitu selesai, batu-batu besar sudah bertebaran di badan jalan,” ujar ibu boru Sidebang, seorang warga Silalahi III.
Terjangan air yang membawa kayu dan batu-batuan besar tersebut dengan cepat memporak-porandakan empat rumah warga yang terletak di bagian bawah atau dekat pinggiran danau, dua di antaranya saat itu tengah kosong. Tiga rumah permanen dan semi permanen yakni milik Jangapit Sagala, Jawaris Situngkir dan Klengkep Situngkir menjadi rata dengan tanah akibat sapuan banjir. Aliran banjir akhirnya bermuara ke danau.
Tiga warga sempat hanyut dan tertimbun longsoran dan dua di antaranya akhirnya tewas yakni Rosmauli br Sidebang (54) dan Ridwan Mandalahi (15). Ridwan yang menurut informasi tengah tertidur saat kejadian, jenazahnya ditemukan pada Senin pagi di reruntuhan bekas rumah orangtuanya. Jenazah keduanya kemudian dibawa ke Paropo, kampung halamannya.
Hingga Senin siang, petugas dari PU Bina Marga Kabupaten Dairi tengah berusaha membersihkan badan jalan dari batu-batuan besar yang berserakan di badan jalan Silalahi-Paropo. Praktis, hingga Senin siang jalur transportasi darat Silalahi (Dairi)-Paropo/Tongging (Tanah Karo) terputus, sehingga warga harus menggunakan sarana transportasi kapal atau perahu. Namun menjelang sore, diperoleh informasi Silalahi-Paropo sudah dapat dilalui tapi jalannya masih darurat.
Sejauh ini belum diketahui secara jelas penyebab terjadinya banjir bandang dari arah perbukitan tersebut, namun sejumlah pegawai kecamatan serta warga setempat bercerita pada saat kejadian memang ada angin puting beliung yang menyebabkan banyak kayu di bagian hulu tumbang.
Anggota DPRD Dairi asal Silalahi Dapotan Silalahi meminta perhatian serius pihak Pemkab atas kejadian tersebut dengan secepatnya tanggap terhadap kondisi dengan melakukan upaya-upaya rehabilitasi. Terlebih lagi pekan depan dijadwalkan berlangsung Pesta Tugu Marga Silalahi, ujarnya.
Tampak hadir dan melakukan kegiatan di lokasi antara lain Kasdim 0206/D Mayor Inf AS Marpaung bersama sejumlah staf termasuk Pasi Intel Dim Kapten Inf NG Tarigan, Selamat Sihombing, Mangumban Silalahi dan sejumlah kabid dan staf dari Pemkab, sedangkan pada Minggu malam puluhan personil Polres Dairi juga telah turun ke lokasi. (T14/m)
Baca selengkapnya...
Camat setempat P Sihaloho, Senin (23/11) mengatakan arus listrik di Silalahi sejak Minggu sore hingga Senin kemarin juga masih putus total. Kerusakan yang paling banyak adalah persawahan atau ladang milik masyarakat yang tidak bisa lagi diusahai karena terkena banjir, ujarnya saat melaporkan situasi kepada sejumlah pejabat Pemkab Dairi.
Keterangan diperoleh di lokasi kejadian, banjir bandang tersebut terjadi pada Minggu sore saat cuaca sedang hujan. “Sekitar jam empat sore dari arah perbukitan tiba-tiba muncul air membawa batu-batu besar serta pepohonan. Kejadiannya sebentar saja, paling cuma lima menit dan memang pas lagi hujan. Tapi begitu selesai, batu-batu besar sudah bertebaran di badan jalan,” ujar ibu boru Sidebang, seorang warga Silalahi III.
Terjangan air yang membawa kayu dan batu-batuan besar tersebut dengan cepat memporak-porandakan empat rumah warga yang terletak di bagian bawah atau dekat pinggiran danau, dua di antaranya saat itu tengah kosong. Tiga rumah permanen dan semi permanen yakni milik Jangapit Sagala, Jawaris Situngkir dan Klengkep Situngkir menjadi rata dengan tanah akibat sapuan banjir. Aliran banjir akhirnya bermuara ke danau.
Tiga warga sempat hanyut dan tertimbun longsoran dan dua di antaranya akhirnya tewas yakni Rosmauli br Sidebang (54) dan Ridwan Mandalahi (15). Ridwan yang menurut informasi tengah tertidur saat kejadian, jenazahnya ditemukan pada Senin pagi di reruntuhan bekas rumah orangtuanya. Jenazah keduanya kemudian dibawa ke Paropo, kampung halamannya.
Hingga Senin siang, petugas dari PU Bina Marga Kabupaten Dairi tengah berusaha membersihkan badan jalan dari batu-batuan besar yang berserakan di badan jalan Silalahi-Paropo. Praktis, hingga Senin siang jalur transportasi darat Silalahi (Dairi)-Paropo/Tongging (Tanah Karo) terputus, sehingga warga harus menggunakan sarana transportasi kapal atau perahu. Namun menjelang sore, diperoleh informasi Silalahi-Paropo sudah dapat dilalui tapi jalannya masih darurat.
Sejauh ini belum diketahui secara jelas penyebab terjadinya banjir bandang dari arah perbukitan tersebut, namun sejumlah pegawai kecamatan serta warga setempat bercerita pada saat kejadian memang ada angin puting beliung yang menyebabkan banyak kayu di bagian hulu tumbang.
Anggota DPRD Dairi asal Silalahi Dapotan Silalahi meminta perhatian serius pihak Pemkab atas kejadian tersebut dengan secepatnya tanggap terhadap kondisi dengan melakukan upaya-upaya rehabilitasi. Terlebih lagi pekan depan dijadwalkan berlangsung Pesta Tugu Marga Silalahi, ujarnya.
Tampak hadir dan melakukan kegiatan di lokasi antara lain Kasdim 0206/D Mayor Inf AS Marpaung bersama sejumlah staf termasuk Pasi Intel Dim Kapten Inf NG Tarigan, Selamat Sihombing, Mangumban Silalahi dan sejumlah kabid dan staf dari Pemkab, sedangkan pada Minggu malam puluhan personil Polres Dairi juga telah turun ke lokasi. (T14/m)