KITAB AMOS
Amos melayani pada zaman yang makmur. Perdagangan berkembang dan wilayah kerajaan Utara (
style="font-family:Arial;font-size:10;">Penulis dan Waktu Penulisan
Sebutan Amos berasal dari kata Ibrani amas yang berarti mengangkat atau menanggung beban. Jadi, nama Amos berarti beban atau penanggung beban. Amos adalah seorang peternak domba dan pemungut buah ara hutan dari Tekoa, sebelah tenggara Yerusalem (1:1;
Amos adalah seorang pekerja keras. Pengalamannya tercermin dalam ungkapan-ungkapannya (3:4,5,12; 5:8,19; 9:9). Walaupun latar belakangnya sederhana, Amos mendapat pendidikan yang baik tentang Kitab Suci. Dia tidak pernah mengikuti pendidikan dalam sekolah nabi, namun dia diangkat Tuhan menjadi seorang nabi. Dengan berani dia mencela dosa dan menggambarkan dekatnya hukuman Allah untuk membuat bangsanya bertobat. Kepekaannya terhadap masalah moralitas dan keadilan jelas terlihat, namun tegurannya terhadap kerohanian orang
Amos bernubuat pada zaman raja Uzia (Azarya) di Yehuda (791-739 SM, 24 tahun pertama bersama ayahnya, Amazia, dan memerintah sendiri mulai tahun 767 SM), dan dalam zaman raja Yerobeam II di Israel (794-753 SM, 13 tahun pertama bersama Yoas, ayahnya, dan memerintah sendiri mulai 781 SM). Pada tahun 751 SM (atau 750 SM), Yotam mulai memerintah bersama dengan Uzia. Mengingat bahwa Yotam tidak disebut dalam 1:1, kemungkinan Amos melayani sebelum masa pemerintahan bersama tersebut, sehingga pelayanannya adalah sekitar tahun 767-750 SM. Petunjuk adanya gempa bumi pada zaman Uzia (1:1) disebut pula pada Zakharia 14:5, namun hal ini tidak memberikan petunjuk waktu yang jelas. Amos
Pada masa raja Uzia di Kerajaan Yehuda, negara makmur dan jaya. Uzia membangun benteng Yerusalem dan menaklukkan bangsa Filistin, Amon, dan
Kelaparan Mendengar Firman Allah
Kemakmuran dan kesenangan duniawi membuat bangsa
Kondisi seperti itu terus berulang dalam sejarah. Saat keadaan kita makmur, tidak ada masalah yang tidak bisa kita atasi, kita mudah terlena dan tidak bersungguh-sungguh mencari Firman Allah. Saat situasi mencekam, seperti paska kerusuhan Mei 1998, orang lebih bersungguh-sungguh mencari Tuhan. Gereja dan persekutuan doa menjadi penuh.
Pesan Kitab Amos
Pertama, kemakmuran tidak identik dengan tidak ada masalah. Kemakmuran justru memunculkan tantangan berat berupa
Kedua, Allah tidak tinggal diam ketika melihat dosa. Sebagai pencipta dunia ini, Dia berwewenang untuk menghukum dan menghakimi semua bangsa yang berdosa, termasuk umat pilihan-Nya sendiri. Setiap orang harus bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya terhadap sesamanya.
Ketiga, Allah menginginkan terjadinya keadilan sosial. Pemerasan terhadap orang yang lemah atau miskin, kecurangan, serta moral yang bobrok mendapat teguran keras. Allah menginginkan sikap hidup yang baik, adil, dan benar.
Keempat, Allah membenci dosa dan kemunafikan, namun Dia tetap mengasihi umat-Nya yang berdosa. Dia mengumumkan penghukuman, Dia juga memberitakan mengenai pemulihan di masa depan.
Penerapan
Pertama, bila kita sedang makmur, berhati-hatilah. Banyak godaan yang timbul justru saat kita sedang makmur. Kita harus tetap rendah hati dan menyadari bahwa kita senantiasa memerlukan Allah. Jangan sampai kita menjadi hamba materi agar kita tidak terjerumus dalam sikap yang hanya mencari keuntungan sendiri tanpa mempedulikan sesama.
Kedua, dosa harus dibereskan. Jangan terlena dengan dosa yang nikmat. Ingatlah selalu bahwa Allah membenci dosa dan dosa selalu mendatangkan hukuman Allah. Jangan menyalahgunakan anugerah Allah dengan terus berbuat dosa. Sebaliknya, sepatutnya anugerah Allah yang telah kita terima itu membuat kita tidak mau menyakiti hati Allah dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
Ketiga, hubungan dengan sesama yang mengungkapkan kesaksian hidup Kristen amat penting. Kita harus menyadari bahwa seorang Kristen tidak boleh hanya hidup bagi diri sendiri, melainkan harus meneladani Tuhan Yesus dengan memperhatikan dan menolong sesama. Janganlah relasi kita ditentukan oleh "untung-rugi". Kita harus berprinsip bahwa hidup kita harus senantiasa menjadi berkat bagi orang lain.
Keempat, kita harus menjauhkan kehidupan yang munafik. Iman kita harus terwujud dalam perbuatan kita. Iman kita janganlah "iman hari minggu", melainkan harus mewujud secara nyata dalam kehidupan setiap hari.
Baca selengkapnya...